" di Negeri ini antara Kebenaran dan Kebetulan tipis Bedanya ", sebuah ungkapan kritik terhadap demokrasi di negeri indonesia, melalui Film K E N T U T dengan bangga aktor senior Dedy Mizwar menyuarakan dengan lantang kalimat ini. film kentut yang bergenre komedi ini, merupakan sebuah film yang mengandung kritik keras terhadap demokrasi yang lucu bin aneh. namun, sangat disayangkan oleh karena film-film seperti ini justru kadang terbatas sebab penayangan di bioskop yang singkat.
Olehnya itu, melihat kondisi demokrasi bangsa yang kian hari kian memiriskan, kami melaksanakan kegiatan dialog tentang demokrasi dengan wajah yang berbeda, yaitu kami kemas dalam media BEDAH FILM. mengapa harus film? sebab zaman sekarang komunikasi media apalagi film tergolong sebagai komunikasi paling efektif dalam menyampaikan pesan-pesan hidup, ini semua karena hegemoni media yang terlalu besar, sehingga membuka peluang turut tersampaikannya hal negatif, olehnya dibutuhkan filterisasi dari penontonnya saja, dan kami dari BEM FSH mengajak teman-teman mahasiswa untuk sadar akan hal ini.
kegiatan ini dibuka secara simbolis oleh Khaidir Hasram selaku Ketua BEM FSH, dalam sambutannya beliau sangat berharap agar dalam menonton film jangan hanya ditonton semata, tapi ambil makna dan pesan setiap film yang kita tonton, sebab film adalah karya seni dan setiap seni meliki makna.
Hadir sebagai pembicara pada kegiatan ini, Kakanda Dr. Firdaus Muhammad selaku Pengamat Politit. dalam materi pembuka yang dibawakan olehnya, beliau memaparkan bahwa film ini merupakan film yang memiliki isi dan pesan yang sangat bagus, mengupas berbagai hal mengenai keanehan dan kelucuan demokrasi di negeri ini, jika saya ingin jujur masih banyak hal yang lebih lucu dan lebih aneh yang belum terungkap dalam film ini. tambahnya pengamat politik UIN ini. Pembicara Kedua adalah Kakanda Dr. Quraisy Mathar, S.Sos. M.Hum selaku Pengamat Budaya dalam materinya beliau memaparkan : bahwa film adalah sebuah komunikasi yang paling efektif di era digital saat ini, semua orang suka dengan film apalagi film komedi, sangat tepat film ini dibuat dalam gaya dan genre komedi karena semua orang suka menontonnya. bapak yang juga mantan cinematographer ini menambahkan bahwa, saat ini mahasiswa harus lebih kreatif dan inovatif dalam hal gerakan, beliau menyarankan agar dilakukan sebuah reformasi gerakan mahasiswa dari aksi jalanan menuju aksi gerakan digital, salah satu bentuknya adalah melalui film-film yang berdurasi pendek namun sarat akan makna dan pesan kritikan, belia memberikan contoh-contoh film yang mampu mengubah paradigma penduduk dunia terhadap sebuah isu permasalah yang kadang bertolak belakang dari sejarahnya.
kegiatan bedah film ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2014, dengan tema " Menenertawai Demokrasi " bertempat di Ruang LT Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar